Mengurut Sumber Polusi Udara di Jakarta, Dari Transportasi sampai PLTU
Novaeny Wulandari • Penulis
26 Januari 2024
8
• 4 Menit membaca

Warga Pondok Kopi, Jakarta Timur, Ajeng Dwi Irmawati resah karena anaknya gampang terkena penyakit akibat polusi udara. Seperti demam, batuk dan pilek.
Bahkan satu keluarga Ajeng secara bergantian menderita penyakit tersebut. Perempuan berusia 29 tahun itu resah ketika harus beraktivitas di luar rumah saat kualitas udara di Jakarta terus memburuk.
Berdasarkan pantauan IQAir pada tanggal 11 Agustus 2023, kualitas udara Jakarta berada pada 176 poin atau masuk kategori tidak sehat. Hasil itu menunjukkan tingkat konsentrasi polutan udara PM2,5 tinggi.
Salah satu penyumbang polusi udara Jakarta adalah pembuangan emisi dari transportasi. Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sigit Reliantoro mengatakan, polusi udara di DKI Jakarta sebagian besar disebabkan oleh aktivitas kendaraan bermotor.
Jika dilihat dari sektornya, transportasi menjadi penyumbang polusi udara tertinggi sebesar 44 persen. Lalu, disusul sektor industri (31 persen), industri energi manufaktur (10 persen), perumahan (14 persen) dan komersial (satu persen).
“Salah satu rekomendasi yang paling penting yang dilihat oleh akademisi ITB adalah yang di kendaraan bermotor. Yang akan kita lakukan adalah mulai melakukan kampanye dan mungkin juga akan segera dilakukan enforcement untuk uji berkala kendaraan bermotor,” kata Sigit sebagaimana dikutip dari MediaIndonesia.com, Jumat 11 Agustus 2023.
Melihat permasalahan itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan menerapkan sanksi tilang dan memberlakukan tarif parkir lebih mahal bagi kendaraan yang tidak lolos uji emisi.
Uji emisi adalah salah satu upaya mengetahui kinerja mesin dan tingkat efisiensi pembakaran mesin kendaraan bermotor. Uji emisi tersebut harus dilakukan oleh semua kendaraan bermotor.
Apakah kebijakan penerapan sanksi tilang dan pemberian tarif parkir yang lebih mahal akan berjalan efektif? Mengingat pertumbuhan kendaraan di Jakarta terus meningkat setiap tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ada sekitar 26,37 juta unit pada 2022. Naik 4,39 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 25,26 juta unit.
Peraturan yang ada saat ini hanya sebatas pembatasan pergerakan kendaraan yang dimiliki masyarakat. Seperti penerapan peraturan ganjil genap yang sudah diterapkan di 25 ruas jalan di Jakarta.
Regulasi justru itu tidak mendorong untuk pembatasan penambahan kendaraan berbahan bakar fosil dan peralihan ke kendaraan listrik. Sehingga, angka emisi oleh kendaraan bermotor di Jakarta sulit ditekan dan cenderung akan tetap tinggi.
Selain transportasi, sektor industri ikut menjadi perhatian pemerintah. Pasalnya masih banyak pabrik atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Jakarta dan sekitarnya yang masih menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) diketahui sejumlah PLTU di sekitar Jakarta yang turut menyumbang polusi udara. Antara lain PLTU Suralaya, PLTU Labuan, PLTU Lontar, PLTU Babelan, PLTU Banten, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Jawa 7 Unit 1 dan Unit, serta PLTU Lontar 2.
Manager kampanye polusi dan urban Walhi, Abdul Gofar menjelaskan bahwa menjadikan sektor transportasi sebagai satu-satunya penyebab polusi udara bisa mengaburkan persoalan. Karena ada sektor-sektor lainnya yang juga ikut menyumbang polusi udara.
“Ada juga kontribusi dari industri berat, biasanya manufaktur, peleburan besi, baja dan sebagainya. Industri captive power PLN lah istilahnya, pembangkit listrik tenaga uap yang ada di kawasan industri sendiri. Kalau dilihat data PLTU, di Jakarta itu lumayan banyak PLTU-nya. Bukan hanya PLTU batu bara, tetapi juga ada pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU)” ucap Gofar dalam wawancaranya dengan MediaIndonesia.com, yang dikutip Senin, 14 Agustus 2023.
Senada, hasil penelitian Center for Research on Energy and Clean Air (CREA) melaporkan terdapat 16 PLTU berbasis batu bara yang letaknya tak jauh dari Jakarta. Dari sebaran itu, 10 PLTU berlokasi di Banten, sedangkan enam lainnya di Jawa Barat.
Kemudian pada tahun 2019 tercatat total ada 418 fasilitas industri manufaktur yang ditemukan dalam radius 100 kilometer (km) dari daerah metropolitan Jakarta. Sebanyak 136 di antaranya menghasilkan emisi yang sangat tinggi. Seperti industri semen, baja, kaca, penyulingan minyak dan gas, PLTU batu bara, logam, petrokimia dan plastik.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto meminta kepada pabrik-pabrik yang masih menggunakan batu bara beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan, yaitu gas.
“Bukan dipindah kali ya, tapi untuk pabrik-pabrik yang masih menggunakan bahan bakarnya dari batu bara diganti dengan gas itu kan bisa. Karena memang bagaimanapun juga kan pabrik itu mempunyai nilai investasi dan ekonomi untuk pertumbuhan ekonomi Jakarta,” katanya dilansir Detik.com, Jumat,11 Agustus 2023.